"Saat ini yang paling padat itu untuk tujuan Kota-Bogor," kata Corporate Secretary PT KAI komuter Jabodetabek Makmur Syaheran di Jakarta. “Tapi, ini masih dikaji.”
Mengapa Bogor-Kota jadi prioritas penambahan kereta karena jumlah penumpang jalur ini masuk dalam kategori terbanyak setiap harinya, yakni 50 persen (400 ribu orang) dari semua layanan KRL Jabodetabek. Jumlah ini tak sebanding dengan jumlah kereta yang melayaninya, yakni hanya 77 unit.
Adapun kereta yang akan didatangkan dari Jepang pada Juni 2010 sebanyak sepuluh unit. Jumlah ini merupakan bagian dari 40 kereta bekas yang didatangkan secara bertahap.
Kebijakan ini diharapkan mampu memenuhi tingginya minat masyarakat Jabodetabek menggunakan jasa kereta. Sebanyak 386 unit kereta rel listrik yang selama ini beroperasi, dinilai tidak cukup memberikan layanan yang maksimal.
Sementara itu mengenai penghapusan kereta listrik non AC, hal masih dalam pengkajian. Sebab, kebijakan ini akan terkait dengan perubahan tarif. Maka, akan minta persetujuan lebih dulu kepada pengguna jasa kereta.
"Soalnya kan harus ada penyesuaian tarif, kalau konsumen memang menghendaki maka kami akan menggantinya," kata dia.
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan terhadap penghapusan kereta non AC, PT KAI kini tengah mensurveinya.
Sebelumnya VIVAnews memberitakan jumlah penumpang kereta komuter Jakarta dan sekitarnya yang menggunakan KRL menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahun.
Misalnya pada 2004, penumpang Jabodetabek sebanyak 100.403.936 orang. Sedangkan pada 2005 sebanyak 100.960.700 orang dan 2006 104.424.720 orang.
Jumlah penumpang terus melonjak sampai pada 2009. Bahkan pada 2014, PT KA divisi Jabodetabek berani menargetkan peningkatan jumlah penumpang mencapai tiga juta per hari.
Terkait target jumlah penumpang KA itu, PT KA akan terus meningkatkan jumlah armada secara bertahap.
Mengapa Bogor-Kota jadi prioritas penambahan kereta karena jumlah penumpang jalur ini masuk dalam kategori terbanyak setiap harinya, yakni 50 persen (400 ribu orang) dari semua layanan KRL Jabodetabek. Jumlah ini tak sebanding dengan jumlah kereta yang melayaninya, yakni hanya 77 unit.
Adapun kereta yang akan didatangkan dari Jepang pada Juni 2010 sebanyak sepuluh unit. Jumlah ini merupakan bagian dari 40 kereta bekas yang didatangkan secara bertahap.
Kebijakan ini diharapkan mampu memenuhi tingginya minat masyarakat Jabodetabek menggunakan jasa kereta. Sebanyak 386 unit kereta rel listrik yang selama ini beroperasi, dinilai tidak cukup memberikan layanan yang maksimal.
Sementara itu mengenai penghapusan kereta listrik non AC, hal masih dalam pengkajian. Sebab, kebijakan ini akan terkait dengan perubahan tarif. Maka, akan minta persetujuan lebih dulu kepada pengguna jasa kereta.
"Soalnya kan harus ada penyesuaian tarif, kalau konsumen memang menghendaki maka kami akan menggantinya," kata dia.
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan terhadap penghapusan kereta non AC, PT KAI kini tengah mensurveinya.
Sebelumnya VIVAnews memberitakan jumlah penumpang kereta komuter Jakarta dan sekitarnya yang menggunakan KRL menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahun.
Misalnya pada 2004, penumpang Jabodetabek sebanyak 100.403.936 orang. Sedangkan pada 2005 sebanyak 100.960.700 orang dan 2006 104.424.720 orang.
Jumlah penumpang terus melonjak sampai pada 2009. Bahkan pada 2014, PT KA divisi Jabodetabek berani menargetkan peningkatan jumlah penumpang mencapai tiga juta per hari.
Terkait target jumlah penumpang KA itu, PT KA akan terus meningkatkan jumlah armada secara bertahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar