Kamis, 21 April 2011

KA Mogok, Ratusan Penumpang Numpuk di Stasiun

 Fasilitas layanan kereta api rel listrik dari arah Bogor menuju Jakarta dan sebaliknya mengalami gangguan pada Selasa 15 Desember 2009. Penumpang yang mengalami dampak langsung peristiwa ini, antara lain di Stasiun Pondok Cina dan Stasiun Depok Baru.

Ratusan penumpang yang sejatinya diberangkatkan sekitar pukul 07.00 tadi, kini terlunta-lunta. Mereka menunggu tanpa kepastian kapan kereta akan datang untuk memberangkatkan mereka ke stasiun-stasiun di Ibukota Jakarta.

Hal yang sama juga dialami oleh para penumpang yang ingin bepergian ke arah Bogor.

Karena terlalu lama menunggu, sebagian pelanggan layanan kereta api memutuskan untuk menggunakan moda transportasi lainnya, misalnya naik angkutan bus.

Pengelola stasiun itu menginformasikan kepada penumpang bahwa keterlambatan pemberangkatan ini bukan karena gangguan persinyalan, melainkan karena ada kereta api mogok di  dekat Stasiun Citayam, Bogor.

Keberadaan kereta api yang mogok itu, kata petugas, kemudian mengganggu arus lalu lintas layanan kereta sehingga mempengaruhi ketepatan waktu pemberangkatan di stasiun-stasiun.

KRL Bekas Jepang Untuk Layani Rute Bogor-Kota

Kereta Rel Listrik (KRL) bekas dari Jepang yang akan didatangkan ke Indonesia oleh PT Kereta Api Indonesia pada Juni 2010, rencananya difungsikan untuk menambah jumlah kereta yang melayani jalur padat penumpang.

"Saat ini yang paling padat itu untuk tujuan Kota-Bogor," kata Corporate Secretary PT  KAI komuter Jabodetabek  Makmur Syaheran pada Selasa 12 Januari 2010. “Tapi, ini masih dikaji.”

Jumlah penumpang rute Bogor-Kota, selama ini masuk dalam kategori dominan, yakni 50 persen (400 ribu setiap hari) sendiri dari semua layanan KRL. Sementara jalur ini hanya dilayani sebanyak 77 unit kereta.

Sebelumnya VIVAnews memberitakan PT KAI akan mendatangkan sebanyak sepuluh unit kereta rel listrik bekas. Jumlah ini merupakan bagian dari 40 kereta bekas yang rencananya segera didatangkan ke Indonesia.

Kebijakan ini diharapkan mampu memenuhi tingginya minat masyarakat Jabodetabek menggunakan angkutan kereta. Sebanyak 386 unit kereta rel listrik yang selama ini beroperasi, dinilai tidak cukup memberikan layanan yang maksimal.

Sementara itu mengenai penghapusan kereta listrik non AC sekarang ini masih dikaji. Makmur mengatakan hal itu tergantung dari persetujuan pengguna jasa kereta karena hal ini akan menyangkut perubahan tarif.

"Soalnya kan harus ada penyesuaian tarif, kalau konsumen memang menghendaki maka kami akan menggantinya," kata dia.

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat terhadap penghapusan kereta non AC, PT KAI kini tengah mensurveinya.

Juni, PT KAI Datangkan 10 KRL dari Jepang

PT Kereta Api Indonesia (KAI) divisi Jabodetabek akan mendatangkan sepuluh kereta rel listrik dari Jepang pada Juni 2010. Penambahan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan seiring dengan tingginya minat masyarakat menggunakan jasa layanan kereta.

"Rencananya, seluruhnya ada 40 unit yang akan didatangkan, tapi kami lakukan bertahap," kata Kepala Hubungan Masyarakat PT KAI Daops I Sugeng Priyono di Jakarta.

Semua unit kereta listrik yang akan didatangkan ini, nantinya selain untuk Jakarta, juga difungsikan untuk menambah layanan rute Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang.

"Nantinya akan dioperasikan untuk ekonomi AC dan eksekutif," katanya.

Jumlah penumpang kereta komuter Jakarta dan sekitarnya yang menggunakan KRL tercatat menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahun.

Misalnya pada 2004, penumpang Jabodetabek sebanyak 100.403.936 orang. Sedangkan pada 2005 sebanyak 100.960.700 orang dan 2006 104.424.720 orang.

Jumlah penumpang terus melonjak sampai pada 2009. Bahkan pada 2014, PT KA divisi Jabodetabek berani menargetkan peningkatan jumlah penumpang mencapai tiga juta per hari.

Terkait target jumlah penumpang KA itu, PT KAI akan terus meningkatkan jumlah armada secara bertahap.

Rute Bogor-Kota Prioritas Penambahan KRL


 Kereta Rel Listrik (KRL) bekas dari Jepang yang akan didatangkan ke Indonesia oleh PT Kereta Api Indonesia pada Juni 2010, rencananya difungsikan untuk menambah jumlah kereta yang melayani rute perjalanan Bogor-Kota.
"Saat ini yang paling padat itu untuk tujuan Kota-Bogor," kata Corporate Secretary PT  KAI komuter Jabodetabek  Makmur Syaheran di Jakarta. “Tapi, ini masih dikaji.”

Mengapa Bogor-Kota jadi prioritas penambahan kereta karena jumlah penumpang jalur ini masuk dalam kategori terbanyak setiap harinya, yakni 50 persen (400 ribu orang) dari semua layanan KRL Jabodetabek. Jumlah ini tak sebanding dengan jumlah kereta yang melayaninya, yakni hanya 77 unit.

Adapun kereta yang akan didatangkan dari Jepang pada Juni 2010 sebanyak sepuluh unit. Jumlah ini merupakan bagian dari 40 kereta bekas yang didatangkan secara bertahap.

Kebijakan ini diharapkan mampu memenuhi tingginya minat masyarakat Jabodetabek menggunakan jasa kereta. Sebanyak 386 unit kereta rel listrik yang selama ini beroperasi, dinilai tidak cukup memberikan layanan yang maksimal.

Sementara itu mengenai penghapusan kereta listrik non AC, hal masih dalam pengkajian. Sebab, kebijakan ini akan terkait dengan perubahan tarif. Maka, akan minta persetujuan lebih dulu kepada pengguna jasa kereta.

"Soalnya kan harus ada penyesuaian tarif, kalau konsumen memang menghendaki maka kami akan menggantinya," kata dia.

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan terhadap penghapusan kereta non AC, PT KAI kini tengah mensurveinya.

Sebelumnya VIVAnews memberitakan jumlah penumpang kereta komuter Jakarta dan sekitarnya yang menggunakan KRL menunjukkan peningkatan yang signifikan setiap tahun.

Misalnya pada 2004, penumpang Jabodetabek sebanyak 100.403.936 orang. Sedangkan pada 2005 sebanyak 100.960.700 orang dan 2006 104.424.720 orang.

Jumlah penumpang terus melonjak sampai pada 2009. Bahkan pada 2014, PT KA divisi Jabodetabek berani menargetkan peningkatan jumlah penumpang mencapai tiga juta per hari.

Terkait target jumlah penumpang KA itu, PT KA akan terus meningkatkan jumlah armada secara bertahap.

Penumpang KA Bogor-Jakarta Diminta Sabar

Kepala Humas PT KA Daops I Sugeng Riyono minta calon penumpang kereta dari arah Bogor ke Jakarta bersabar apabila kurang nyaman pagi ini. Sebab, empat rangkaian KA sedang tidak dapat dijalankan untuk sementara karena salah satu rangkaian KA 02 anjlok di Depo Bogor.

“Kami tahu kalau pagi-pagi begini, penumpang dari Bogor ke lintasan lain sangat banyak,” kata Sugeng kepada VIVAnews.

Dampak tidak beroperasinya beberapa rangkaian KA 02, jumlah penumpang yang dilayani rangkaian kereta lainnya menjadi lebih banyak dari biasanya.

Sugeng mengibaratkan penumpang yang biasanya dilayani dua kereta, kini hanya dilayani satu kereta.

“Tentunya kepadatan penumpang di kereta lainnya menjadi luar biasa,” kata Sugeng.

Sebelumnya VIVAnews memberitakan salah satu rangkaian KA 02 mengalami anjlok di Depo Bogor pukul 05.30 tadi.

Akibatnya, rangkaian KA 02, KA 07, KA 09, dan KA 213 tidak dapat keluar dari depo karena terhalang sehingga tidak dapat melayani penumpang di stasiun-stasiun menuju ke Jakarta.

Sugeng menambahkan petugas sudah melakukan proses evakuasi. Peralatan seperti kereta dongkrak sudah mulai mengerjakan pengangkatan kereta agar kembali ke jalur semula dan segera dapat beroperasi melayani penumpang.

KAI Impor Kereta Usia 30 Tahun dari Jepang Sejauh ini,

Akibat lonjakan jumlah penumpang Kereta Rel Listrik Jabodetabek, PT KAI Comuter Jabodetabek akan menambah perjalanan kereta. Sejumlah kesepakatan dengan operator asal Jepang telah dilakukan. Tahun ini rencananya akan ada penambahan 130 unit kereta.

Corporate Secretary PT KCJ, Makmur Syaheran di Jakarta, Senin 31 Januari 2011 mengatakan, sejauh ini, sudah ada 20 kereta yang didatangkan dari Jepang.

Disampaikan Makmur, kereta yang datang dari Jepang memang bukan kereta baru, melainkan kereta bekas, yang umurnya sekitar 20-30 tahun. Persisnya buatan tahun  1980 hingga 1990, namun masih laik digunakan. Kereta dari Jepang ini merupakan pengganti kereta yang sudah ada yang dibuat tahun 1976.

Penambahan perjalanan kereta diutamakan pada jalur Jakarta-Bogor yang merupakan jalur paling padat, dengan jumlah penumpang mencapai 60 persen. Rencananya ada penambahan dua perjalanan di jalur itu dan untuk wilayah lain akan ditambah satu perjalanan.

Setiap tahun, jumlah penumpang KRL naik 20 persen. Berdasarkan data PT KCJ selama 2010, jumlah penumpang KRL mencapai 500.000 per hari. Bila kenaikan mencapai 20 persen, maka diperkirakan jumlah pengguna KRL pada 2011 mencapai 600.000 per hari.

"Lonjakan penumpang setiap tahun naik 20 persen dan kita harus memikirkannya. Jadi, harus benar-benar mengantisipasi masalah tersebut," jelasnya.

Setiap satu rangkaian KRL terdiri atas delapan gerbong dengan berkapasitas 120 penumpang, yang terdiri dari 54 tempat duduk dan sisanya berdiri.

Saat ini, PT KCJ memiliki 55 rangkaian kereta yang terdiri atas 38 rangkaian kelas 1 (ekspres) dan 17 rangkaian kelas 3 (ekonomi). Sementara jumlah kereta yang siap operasi sebanyak 414 kereta untuk melayani 438 perjalanan KRL dalam satu hari.

Namun, pihaknya belum dapat menjelaskan secara rinci mekanisme penambahan perjalanan ini lebih jauh, sebab masih banyak yang harus dikaji. Faktor ketersediaan listrik menjadi hal utama yang harus diperhatikan, pasalnya listrik yang ada sekarang ini tidak memadai.

Selma ini untuk menjalankan 386 unit KRL, dibutuhkan listrik sebesar 100 megawatt. Sementara ketersediaan listrik untuk KRL saat ini hanya 86 megawatt. Minimnya kapasitas ini mengakibatkan rusaknya infrastruktur, seperti AC yang sering rusak. Sedangkan jika KRL ditambah 130 unit, dibutuhkan sekitar 150 megawatt dan itu harus dipikirkan dengan matang. (umi)

Penghapusan KRL Ekspres Ditunda Tiga Bulan

Pelaksanaan single operation bagi kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek ditunda hingga tiga bulan. Penundaan ini menurut PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mempertimbangkan masukan dari pelanggan dan pemerintah bahwa mekanisme ini membutuhkan waktu lebih lama agar dipahami masyarakat.

"Dengan berhentinya semua KRL di seluruh stasiun maka diharapkan distribusi pelayanan kepada penumpang di seluruh stasiun menjadi lebih merata," ujar Direktur Operasi PT KAI Hendri Anom, dalam konferensi pers di kantor PT KAI, Jakarta, Kamis 31 Maret 2011.

Sementara itu, Kepala Humas PT KAI Pusat, Sugeng Triyono, memastikan tidak ada kenaikan tarif meskipun kebijakan single operation ini ditunda.

"Tidak ada kenaikan tarif untuk kelas komersial, malah turun. Tanggal 1 April ini untuk kelas AC ada beberapa yang turun, kira-kira 15 persen," ungkapnya.

Seperti diketahui, kebijakan berhentinya semua kereta komuter Jabodetabek dilatarbelakangi target pemerintah kepada operator untuk dapat mengangkut 1,2 juta orang per hari di akhir 2014 dari yang ada sekarang sekitar 400 ribu orang per hari. Kebutuhan akan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai target itu adalah 1.440 unit kereta.

Perubahan perjalanan KRL berhenti setiap stasiun akan diberlakukan pada 1 Juli 2011 pada pukul 00.00 WIB dengan tarif sebagai sebagai berikut.

1. KRL ekonomi tarifnya Rp1.000 hingga Rp2.000 (kecuali ada penyesuaian tarif oleh pemerintah).
2. KRL Commuter Line dengan tarif Rp9.000 untuk Bogor-Jakarta, Rp8.000 untuk Bekasi-Jakarta Kota, dan Rp8.000 untuk Manggarai-Serpong.

Libur Panjang, PT KAI Tambah Kereta Argo Lawu


Add caption

Libur panjang Paskah dimanfaatkan sebagian orang untuk mudik atau berlibur ke luar kota. Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang diminati.

Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, PT Kereta Api Indonesia menambah armada kereta api eksekutif Argo Lawu tujuan Jakarta-Solo.

"Enam gerbong. Tambahannya hanya hari ini saja," kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi I, Mateta Rizalulhaq kepadaVIVAnews.com, Kamis 21 April 2011.

Untuk diketahui, selama ini PT KA hanya menjalankan kereta Argo Lawu malam pada pukul 20.00 WIB. Khusus untuk malam ini, ada dua kali keberangkatan. Untuk kereta tambahkan berangkat dari Stasiun Gambir pukul 21.05 WIB.

Sementara, PT KA Daops VI Yogyakarta menyatakan, tidak akan menyediakan kereta api tambahkan.

Kepada VIVAnews, Eko Budianto, Kepala Humas Daops, VI, Yogyakarta, mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan, pihaknya hanya akan memaksimalkan daya tarik lokomotif dari 9 gerbong menjadi 12-13 gerbong kereta untuk semua kelas.

"Kami optimis meski hanya memaksimalkan gerbong, penumpang kereta tetap akan terangkut dan tetap bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa kereta api," kata dia.

Apalagi, "kami memprediksi ada peningkatan jumlah penumpang namun tidaklah signifikan. Jika pada hari biasanya penumpang dalam kisaran 5-6 ribu, pada libur Paskah mendatang diperkirakan meningkat dalam kisaran 7-8 ribu penumpang,"paparnya

Seperti pada libur akhir pekan atau saat high season maka untuk tiket kereta menggunakan tarif batas atas untuk kelas bisnis dan eksekutif, sedangkan kelas ekonomi tidak ada kenaikan harga tiket untuk semua tujuan."Tiket batas atas hanya untuk kelas bisnis dan eksekutif," tegasnya. (eh)
Laporan: Juna Sanbawa| DIY